Latihan Musik Tradisional di Garasi Sekolah

Bengkayang TRIBUN : http://tribunpontianak.co.id - LIMA anak laki-laki sekolah menengah pertama (SMP) negeri 1 Bengkayang memainkan alat tradisional Dayak, Sabtu (23/5) sore. Alunan nada yang indah terdengar tiap alat musik tersebut mereka petik dan pukul. Memainkan nada harmonis yang mereka sertai nyanyian dan tarian.

Empat orang antaranya memegang gong beserta kayu pendek sebagai pemukul. Kemudian mereka menari sambil memukul gong. Lalu memutar, mengembalikan gong ke tempatnya dan duduk di belakang tiap alat musik yang mereka mainkan.

Pemain alat musik tradisional Sape’, Riko, mengatakan, mereka berlatih alat musik tradisional tersebut setiap sore. Latihan lebih sering dilakukan menjelang keberangkatan mereka ke Yogyakarta.

“Kita mewakili Kalbar untuk tampil di olimpiade seni siswa tingkat nasional mulai 31 Mei hingga 6 Juni. Sebelumnya kita menang antar Kabupaten dalam festival lomba seni siswa pada 4 Mei lalu,” tuturnya.

Riko mengatakan awalnya tidak mengetahui bagaimana memainkan alat musik tersebut. Ia tertarik memainkan Sape’ setelah dilatih oleh guru kesenian mereka, Sukardi. Hasilnya, Riko sudah mahir mengalunkan nada dari alat musik empat senar itu.

Menurut Sukardi, dirinya bangga bisa melatih siswanya. Meski dengan alat musik yang kurang memadai, ia mampu membimbing murid SMP 1 Bengkayang untuk ikut dalam setiap perlombaan di tingkat kota hingga nasional.

“Hanya semangat saja yang bisa mewujudkan ini semua. Lihat saja, peralatan kita tidaklah memadai. Sangat sederhana. Tempat latihan kita juga di garasi sekolah. Tapi, dari garasi ini mereka bisa bertanding hingga tingkat nasional,” ujarnya.

Lulusan seni tari Institut Seni Indonesia di Yogyakarta ini mengatakan, sangat bangga dengan prestasi yang diraih para siswanya. Meski bersekolah di daerah, mereka tidak kalah dalam hal prestasi.

Kebanggaan juga dirasakan oleh pemain alat musik Dau, Gregorius. Ia mengatakan, terpilih sebagai wakil sekolahnya dalam pertandingan tingkat nasional, tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

“Awalnya saya ikut dalam perlombaan untuk olahraga sepakbola. Tetapi, tidak menang. Setelah latihan dan ikut pertandingan seni, saya bisa pergi ke Yogyakarta. Orangtua turut senang. Mereka mendukung sekali saya latihan seni,” katanya.

Meski alat musik tradisional tersebut berasal dari suku Dayak, tidak tertutup kemungkinan dimainkan oleh suku lainnya. Seperti pemain Gendang, Sugeng, yang lahir dari keluarga bersuku Jawa.

“Selain untuk mengetahui bagaimana cara memainkan alat musiknya, dengan berlatih berarti saya ikut melestarikan budaya daerah ini. Setidaknya saya tahu nama alatnya dan bisa menginformasikannya bila ada yang bertanya,” tuturnya.

Theo yang memainkan Gong, mengatakan, memainkan alat musik tradisional memberikan banyak manfaat untuk dirinya. Bahkan, dua saudara di atasnya ikut dalam sanggar. “Yang tertua sekarang kuliah di Yogyakarta dan pernah mainkan alat tradisional juga. Sedangkan kakak yang nomor dua ikut tari dan pernah juga dikirim ke luar daerah bila ada acara budaya,” ujarnya.

Sedangkan Piere yang memainkan alat musik Kelentengan mengatakan, ini merupakan keberangkatannya ke Yogyakarta yang kedua kalinya. Bersama keluarga, ia pernah melewati kota pelajar itu menuju Semarang.

“Kalau keberangakatan ini berbeda. Karena, ikut pertandingan membawa nama Kalbar. Mudah-mudahan saja kita bisa menjadi juara dalam pertandingan tingkat nasional ini,” katanya. (arthurio oktavianus)

0 comments: